Ada seorang kakek yang tinggal di India. Umurnya
sudah lebih dari 70 th. Sepanjang hidupnya selama
70 th itu, ia gunakan untuk menyembah berhala dari
batu. Setiap hari ia begitu taat menyembah tuhannya itu.
Suatu ketika, kakek ini punya suatu keinginan. Ia pun kemudian
mendatangi tuhannya seraya memohon agar doa‘nya dapat
dikabulkan.
“Oh, tuhanku Latta. Oh tuhanku Uzza. Tujuh puluh tahun aku terus
menerus menyembahmu. Selama itu, tak ada sesuatupun yang
aku mohonkan kepadamu. Sekarang, aku ada permohonan
kepadamu. Mohon, kabulkanlah permohonanku ini”.
Kakek itu memohon sambil merengek-rengek kepada Latta dan
Uzza kiranya doa‘nya dapat dikabulkan. Demikian seterusnya
dia lakukan. Setelah sampai tujuh puluh kali doa‘ itu ia panjatkan,
tak ada sedikitpun pengabulan dari berhala tuhannya yang ia
peroleh. Maka kakek itu sedih sekali dan akhirnya putus asa.
Dalam keputusasaannya itu, ternyata Allah SWT memberi
hidayah kepada kakek. Hati sang kakek dilapangkan oleh Allah,
dan sang kakek segera sadar akan kekeliruannya selama ini.
Gantilah kakek itu berdoa‘ kepada Allah SWT .
“ Ya Allah SWT, baru sekarang aku menghadap-Mu. Aku
memohon ssuatu kepada-Mu. Kabulkanlah, ya Allah SWT,
permohonanku ini “.
Selesai kakek itu bermunajat kepada Allah SWT, maka sesaat
kemudian ia mendengar jawban dari Allah SWT.
“ Wahai hamba-Ku, mintalah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan
memberimu “.
Waktu para malaikat mendengar jawaban yang diberikan Allah
SWT kepada sang kakek, maka gemparlah para malaikat.
“ Ya Allah SWT, tujuh puluh tahun lamanya orang itu musyrik
dan menyembah berhala. Dan telah tujuh puluh kali pula ia telah
memohon kepada berhalanya agar dikabulkan permohonannya,
namun itu tidak terjadi. Sekarang, ia baru sekali saja berdoa`
kepada-Mu, mengapa Engkau kabulkan permohonannya itu ?”
Mendengar pertanyaan para malaikat itu, maka Allah SWT
segera memberi penjelasan.
“ Wahai para malaikat, jika berhala yang benda mati itu tidak
bisa mengabulkan permohonannya dan Aku-pun juga tidak, lalu
dimana letak perbedaannya antara Aku dan berhala itu ?”
============================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi. Yogyakarta: Idea Press. Volume 2. Hal. 347-348. ISBN 978-6028-686-938.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar